MAKKAH – Rangakain puncak ibadah haji mulai wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, dan Mina serta melontar jumrah di Jamarat selesai dilaksanakan jemaah haji asal Indonesia, Rabu kemarin.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenang), jemaah haji asal Trenggalek yang tergabung dalam kloter 30 Surabaya (SUB 30) menjadi kelompok terakhir yang menyelesaikan lontar jumrah di jamarat.
Menurut Kepala Satuan Operasi Arafah Muzdalifah dan Mina (Kasatop Armuzna) Jaetul Muchlis, Kloter SUB 30 menyelesaikan lontar jumrahnya pada Pukul 18.15 Waktu Arab Saudi, kemudian bergerak menuju pemondokan di Makkah.
Adapun menurut Kasatgas Mina Akhmad Jauhari, SUB 30 merupakan kelompok jemaah yang memilih untuk melakukan nafar tsani.
Ada sekitar 120 ribu jemaah yang memilih nafar awal, dan 90 ribuan yang memilih melakukan nafar tsani.
“Untuk jemaah nafar awal telah kembali ke pemondokan pada 12 Zulhijjah. Sementara untuk yang nafar tsani,kembali ke pemondokan di Makkah pada 13 Zulhijjah,” jelas Jauhari.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) pada hari ke-40 operasional haji jumlah jemaah wafat cenderung menurun dibandingkan hari yang sama pada lima tahun terakhir.
Pada 2015 ada 397 jemaah wafat, 2016 ada 180 jemaah wafat, 2017 ada 327 jemaah wafat, dan di 2018 ada 177 jemaah wafat.
Sementara pada 2019 ini, ada 169 jemaah wafat pada hari ke-40 masa operasional haji.
Kepala Seksi Data dan Informasi Daerah Kerja Makkah Nurhanuddin menyampaikan, angka ini sedikit lebih besar dari jumlah jemaah wafat di hari yang sama pada 2014, yang berjumlah 166 orang.
Namun jika dihitung proporsinya, lanjut Nurhan, prosentase jumlah jemaah wafat tahun ini tetap jauh lebih kecil dibanding tahun 2014. Sebab, kuota haji 2019 adalah yang terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Nurhan memaparkan pada tahun 2014 – 2016, jumlah kuota haji Indonesia hanya sebesar 168.800 orang karena adanya pemotongan kuota sebesar 20 persen.
Di tahun 2017 dan 2018, kuota haji telah kembali normal menjadi 211 ribu, dan memperoleh tambahan sebesar 10 ribu menjadi 221 ribu jemaah.
“Pada 2019 ini, kuota bertambah lagi 10 ribu sehingga menjadi 231 ribu. Jadi kalau kita lihat proporsi jumlah jemaah yang wafat, pasti lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya,” tandas Nurhan.
Senada dengan Nurhan, Kasie Kesehatan Daker Makkah Imran menyatakan hal senada. Dari jumlah total 169 orang, 58 di antaranya wafat pada fase Armuzna (9 – 13 Zulhijjah 1440 H).
Serta 30 jemaah di antaranya wafat di wilayah Armuzna. Sisanya, wafat di RSAS Makkah.
Imran menuturkan, pada pelayanan kesehatan fase Armuzna tahun ini pun relatif tidak memiliki kendala.
“Jumlah pasien yang dilayani di Poskes Arafah berjumlah 73 orang, kemudian dirujul 28 orang. Sementara jemaah yang dilayani di Poskes Mina berjumlah 348 orang, dan dirujuk ke RSAS sebanyak 71 orang,” tutur Imran.
Peringati Hari Antikorupsi dan HAM, Ini Tuntutan HMI Gowa Raya
Selasa, 10 Desember 2019 21:34Dukung Pembangunan Nasional, Pemprov Sulsel Perluas Akses Keuangan Masyarakat
Selasa, 10 Desember 2019 17:20Sulsel Raih Penghargaan Provinsi Program Fasilitasi Akses Keuangan Pola Kemitraan Terbaik
Selasa, 10 Desember 2019 16:40Disaksikan Jokowi, Gubernur Nurdin Abdullah Terima Penghargaan untuk Sulsel
Selasa, 10 Desember 2019 16:36Hadiri Festival Media Digital KPK, Kepala Humas Sulsel Devo Bahas Peran Humas di Era Disrupsi
Selasa, 10 Desember 2019 16:29Indonesia Siap Tampil Habis-habisan Melawan Vietnam, Ini Jadwal Siaran Langsungnya
Selasa, 10 Desember 2019 15:54Forest and Society Unhas, Satu-satunya Jurnal Terindeks Scopus di Luar Pulau Jawa
Selasa, 10 Desember 2019 14:39MIB Launching Buku “Aku, Mereka, dan Impian”
Selasa, 10 Desember 2019 11:58