Cek Suhu Tubuh Dahulu, Salat Kemudian

Kamis, 13 Mei 2021 20:45 WITA Reporter : Makassarmetro
Cek Suhu Tubuh Dahulu, Salat Kemudian

MAKASSARMETRO –Matahari masih sepenggalan. Jam masih menunjukkan pukul 06. 40 WITA, tetapi Lapangan Asrama Mattoanging Cendrawasih, Makassar sudah dipadati ratusan jemaah. Mereka berjajar dengan rapi membentuk saf untuk menunaikan salat Idulfitri, Kamis (13/5/2021).

Jemaah salat Id berasal dari warga Asrama Tentara Mattoanging dan warga yang berdomisili di sekitar Asrama. Tua muda, laki-laki, dan perempuan dengan penuh khidmat menggemakan takbir dan Tahmid mengagungkan Zat yang Maha Agung, Allah SWT. Di spanduk yang terpasang di depan tertera Imam adalah Al Hafiz Rifqi Rifandi, S.Sq, yang bertindak sebagai khatib Ustaz Drs. H Alimuddin Sunusi, MA.

Pelaksanaan Idul Fitri di Asrama Mattoanging tahun ini nampak agak berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kali ini ibadah dilakukan dengan protokol kesehatan ketat. Setiap jemaah harus melewati gerbang yang telah disiapkan. Suhu tubuh dicek satu per satu. Wajib mencuci tangan dan memakai masker. Bagi jemaah yang tidak pakai masker, petugas memberiya secara gratis.

“Tidak masalah harus dicek suhu tubuh dan cuci tangan. Salat memakai masker pun kami sudah terbiasa. Ini demi kesehatan dan keselamatan kita semua. Kami sekeluarga merasa lebih aman dan tidak was-was,” ujar Andi, salah seorang jemaah.

Tepat pukul 07.00 prosesi salat idulfitri dimulai. Diawali dengan membacakan sambutan seragam Wali Kota Makassar. Sambutan dibacakan Ustaz H. Winoto. Dalam sambutannya Wali Kota Makassar menekankan pentingnya menjaga protokol kesehatan dalam semua aspek kegiatan keseharian seluruh jemaah. Memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumumunan, dan mencuci tangan adalah hal yang harus dilakukan setiap saat.

Sementara khatib Alimuddin Sunusi dalam khotbahnya juga mengambil tema hikmah dan makna di balik musibah Pandemi Covid-19. Menurutnya, pandemi mengingatkan kepada manusia untuk selalu bersabar dan bersyukur dalam situasi dan kondisi apa pun.

“Sabar dan syukur adalah dua senjata bagi seorang mukmin dalam mengarungi kehidupan di dunia. Jika kita tidak menghiasi diri dengan sifat sabar dan syukur, kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kerisauan, kepenatan, kesusahan, dan kesedihan. Jika kita tanamkan sabar dan syukur dalam hati, maka kita akan meraih ridha Allah SWT dan ganjaran pahala yang lebih besar di kehidupan akhirat kelak,” urainya.

Alimuddin menambahkan, mewabahnya virus Covid-19 juga mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk lemah. Hanya dengan makhluk yang sangat kecil ini, banyak orang tidak berdaya.

“Virus yang begitu kecil menyebabkan banyak orang jatuh sakit terpapar virus ini. Bahkan banyak yang meninggal dunia. Ada yang kehilangan ayah, anak, suami, istri. Kehilangan orang-orang tercinta. Ada kehilangan pekerjaan dan sumber pendapatan,” tambahnya.

Alimuddin menutup khotbahnya dengan menekankan pentingnya meneguhkan dan mempererat tali silaturrahmi sesama manusia. Setelah hak-hak Allah ditunaikan selama Ramadan, setelah Ramadan saatnya memenuhi hak-hak sesama manusia.

“Pandemi Covid-19 janganlah menghalangi kita untuk bersilaturrahmi. Jika tidak memungkinkan bertemu langsung secara fisik, maka bisa diganti dengan pertemuan secara daring melalui handpone. Kita dianjurkan menjaga jarak fisik, tetapi jarak sosial tidak boleh renggang. Fisik berjauhan, tetapi di hati tetap dekat,” pungkasnya.

Khotbah usai. Matahari mulai meninggi. Jemaah berpencar, pergi meninggalkan tanah lapang menuju rumah masing-masing. (din)

Berikan Komentar
Komentar Pembaca